Kamis, 11 Desember 2008

Diffable Fair ; Unjuk Bakat Istimewa


Sabtu (6/12) pagi hari yang cerah. Langit biru dan burung berkicau menyambut datangnya pagi. Bebarapa hari hujan seolah pergi meninggalkan kota Jogja, Tuhan memberi hari yang cerah untuk para diffable yang akan mengikuti berbagai perlombaan pada diffable fair yang diadakan oleh para mahasiswa PLB UNY dalam rangka memperingati hari penyandang cacat sedunia tanggal 3 Desember. Gedung rektorat UNY tampak gagah dan siap menerima sejumlah diffable dengan berbagai keistimewaan. Air mancur di depan gedung itupun menambah kesegaran pagi.
Satu persatu para siswa diffable dari berbagai SLB di Jogja berdatangan dengan semangat dan wajah berseri. Beberapa SLB tersebut yaitu SLB negeri I, SLB Negeri II, SLB Yapenas, SLB Autis Fredofios, SLB Autis Bina Anggita, dan masih banyak lagi yang lain. Para guru datang mengantar dan memberi semangat anak didiknya. Mereka begitu semangat melatih, membimbing dan mengembangkan bakat-bakat anak didik/siswanya. Mulai dari melatih membaca puisi, melatih menari, menyanyi, bermain musik, menggambar dan fashion show. Mereka juga merias wajah anak didiknya, mencarikan kostum dan membawakan minum atau makanan bagi para siswanya. Kemudian mereka juga rela menuntun siswanya yang tidak dapat melihat, mendorongkan kursi roda bahkan ikut bergaya saat lomba fashion show.

Pagi itu seorang anak duduk di kursi rodanya, didorong oleh gurunya yang terlihat berwibawa dengan seragam batiknya, anak itu akan mengikuti lomba baca puisi. Kemudian beberapa siswa datang lagi, mereka sedang bercakap-cakap tanpa suara, hanya tangan mereka yang bergerak, rupanya mereka akan mengikuti lomba menari. Mereka sudah memakai kostum menari tradisional dan terlihat cantikcantik.

Seorang gadis kecil memakai baju seragam SD datang bersama guru-gurunya dan beberapa temannya, ia tidak dapat melihat. Gadis itu berjalan pelan-pelan menapaki tangga. Sementara kakak kelasnya datang memakai kacamata hitam. Oh, ternyata mereka akan mengikuti lomba menyanyi. Dan mereka sangat kompak. Mereka saling mendukung, gadis cilik berseragam SD itu menyanyikan lagu yang berjudul “Laskar Pelangi.” Sementara si kakak berseragam SMP bermain keyboard mengiringi gadis kecil menyanyi dengan penuh penghayatan. Beberapa orang sempat menitikkan airmata ketika mendengarkan si gadis kecil menyanyi.

Lalu seorang gadis kecil memakai rok merah dan berbaju putih, rambutnya bergelombang, cantik dan matanya melihat ke segala arah. Ketika musik terdengar, ia berjalan bersama gurunya menapaki panggung fashion show. Rupanya gadis itu seorang gadis autis. Lain lagi dengan Cindy, siswa dari SLB Autis Bina Anggita, dia juga autis, usianya kira-kira 14 tahun, dia sudah remaja. Dengan gaya genit, Cindy berjalan bak seorang model terkenal.
Pagi itu Opiq, Tia, Dian, Todi dan Ivan ikut memeriahkan acara diffable fair. Tia dan Dian ikut serta dalam perlombaan. Tia pagi sekali sekitar jam 7 sudah tiba disekolah diantar Pak Bowo, begitu juga dengan Bu Della. Bu Della me- make up Tia. Tidak berapa lama, Tia berubah menjadi gadis cina dengan baju shanghai merah, rambutnya di jepit ala gadis cina. Tia kan mengikuti lomba fashion show. Sedangkan Dian, sudah siap dengan crayon dan makanan satu box sebagi bekal mengikuti lomba menggambar. Para guru Fredofios sibuk juga menyiapkan keperluan para siswa. Bu dewi datang membawa kamera siap berlari-lari dan memotret. Opiq datang bersama Mama dan kak Miranda. Opiq berpartisipasi menemani Dian menggambar. Todi juga ikut menggambar ditemani Pak catur, guru melukis. Sedangkan Ivan, sibuk wira-wiri di ikuti Pak Agung. Ivan sempat merengek mencari koran Kompasnya. Tiba-tiba Ivan sudah membawa semangkuk bakso dan makan di tangga. Tia, terlihat nervous menunggu giliran untuk berlenggak lenggok dan bergaya di lomba fashion show dengan tema Star Wannabe. Musik dari F4 mengiringi Tia di panggung. Tapi sayang, Tia masih perlu banyak latihan supaya mendapat piala, begitu juga dengan Dian.

Terkadang kita kurang menyadari bakat-bakat yang ada pada diri kita. Mungkin kita hanya menjalani hidup dengan rutinitas tanpa mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri kita. Namun, ternyata para diffable yang mengikuti diffable fair pagi itu mampu menunjukkan bakat-bakatnya dan mengembangkannya serta mengadu bakat dengan siswa yang lain. Setiap anak pasti punya bakat-bakat yang harus terus diasah dan dikembangkan. Tugas guru dan orangtua untuk selalu memberi motivasi, fasilitas dan kesempatan bagi anak-anaknya agar bakat-bakat itu menjadi optimal. Melalui diffable fair para mahasiswa memberikan wadah bagi para diffable untuk beradu bakat dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Dengan mengikuti perlombaan-perlombaan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian serta pengalaman yang berarti dalam hidupnya. Meskipun para diffable memiliki keterbatasan fisik dan mental, namun mereka memiliki kemampuan dan bakat-bakat yang luar biasa. (Dewi Retno. P. S,Psi)







2 komentar:

SLB YAPENAS mengatakan...

kami bangga slb prov diy udah banyak yang dipublikasikan lewat tehnologi informasi, kunjuni kami di email : yapns.slb@gmail.com / slb yapenas.blogspot.com

Unknown mengatakan...

Apa kabar Pak Bugi dan kawan-kawan,Saya punya anak autis yang sudah dewasa bukannya semakin mudah ya...tapi kog semakin sulit gimana Pak Bugi ?