Senin, 25 April 2011

Walk For Autism ; Hari Peduli Autis Sedunia

Sesuai dengan Resolusi PBB No. 62/139, dikeluarkan tanggal 18 Desember 2007, telah menetapkan bahwa tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autis Sedunia. Selama ini telah diperingati sekolah-sekolah atau lembaga namun belum kompak dan menyeluruh, maka pada tahun ini dilakukan secara serentak oleh penyandang autis dan masyarakat yang peduli autis di seluruh kota-kota besar di Indonesia serta Negara-negara ASEAN. Begitu juga dengan penyandang autis dan semua masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta yang peduli pada autis untuk Jalan Bersama dengan tema “WALK FOR AUTISM”.
Para siswa dan orangtua mengikuti Walk for Autism di Jalan Malioboro Yogyakarta. Kami datang pada pukul 07.30 di Taman Parkir Abu Bakar Ali dengan memakai kaos berwarna dan design sama di seluruh Indonesia dan negara-negara ASEAN yang juga mengadakan kegiatan ini. Kami juga membawa beberapa poster warna-warni untuk mensosialisasikan autism pada masyarakat.
Ibu GKR Pembayun membuka kegiatan ini dengan menggunting rangkaian bunga melati. Opiq salah satu siswa kami memberikan lukisannya untuk Ibu GKR Pembayun. Kemudian kami jalan bersama dengan 600 peserta lebih dari beberapa SLB, masyarakat dan mahasiswa di DIY. Para peserta memadati Jalan Malioboro hingga di titik 0 Km. Kami berisitirahat di depan Benteng Vredeburg. Kemudian kami pentas seni disana. Beberapa teman dari sekolah lain juga pentas seni, ada yang bermain biola, bernyanyi dan menari.

Camping dan Outbond Remaja Autis ; Desa Wisata Kembang Arum

Pada bulan Maret, 2011, siswa-siswa Fredofios, guru-guru dan Orangtua siswa mengadakan camping dan outbond di Desa Wisata Kembang Arum. Kegiatan ini juga diikuti oleh beberapa siswa dari Kulon Progo, Bekasi dan Jakarta. Juga diikuti oleh beberapa sukarelawan dari mahasiswa di Yogyakarta. Camping atau berkemah dilaksanakan selama dua hari satu malam. Semua peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini.
Tujuan diadakannya kegiatan ini untuk mengenalkan lingkungan alam dan pedesaan pada siswa remaja penyandang autis, melatih kemandirian dan kerjasama.
Pembukaan diawali dg sambutan oleh ketua panitia, penasehat Yayasan Autisma Nusantara dan pengelola Desa Wisata kembang Arum. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan, permainan, makan malam bersama dan pentas seni serta api unggun. Kemudian para orangtua sharing bersama dengan dipandu konsultan pendidikan bidang autism yaitu Mr. Fred Vrugteveen. Karena tenda untuk tidur basah oleh air hujan maka para peserta tidur di Pendapa dan sebagian tidur di kamar Gubuk Pereng. Sementara para orangtua ada yang tidur di tenda dan ada yang tidur di mobil.

Pagi harinya para peserta senam pagi bersama, kemudian makan pagi. Setelah semua mandi pagi, para peserta diajak untuk jalan bersama mengelilingi desa, melihat sawah. ladang, sungai dan rumah penduduk yang masih asli. Setelah itu para peserta dikenalkan dengan alat musik tradisional kentongan dan gamelan. Para peserta diajarkan cara memainkan alat musik tradisional tersebut. Kegembiraan para peserta berlanjut dengan permainan kerjasama seperti menyusuri bangku kecil atau dingklik (bahasa Jawa), mengambil bola dengan topeng kerucut dan sebagainya. Para peserta semakin antusias dengan menangkap ikan di kolam berlumpur juga meniti bambu besar di atas kolam. Untuk membersihkan lumpur pra peserta mandi di air terjun di sungai yang airnya jernih.

Rabu, 26 Januari 2011

Jumlah Remaja Autis Di Yogyakarta ; Siapkah melanjutkan di Sekolah Lanjutan Autis Fredofios??

Berapa jumlah remaja autis di Yogyakarta?

Pertanyaan itu sering terlintas di benak guru-guru di Fredofios. Namun, belum ada jawaban secara pasti. Karena belum pernah ada survei dan pendataan jumlah remaja autis di Yogyakarta. Dari beberapa SLB di Yogyakarta, memang ada kabar bahwa beberapa remaja masih bersekolah, ada yang bersekolah di SLB Autis untuk anak-anak, ada yang di SLB C negeri, dan swasta. Sedangkan di Fredofios, ada 7 remaja autis yang saat ini tercatat sebagai siswa tetap dan 2 calon siswa.
Dan pernah mendengar kabar bahwa ada beberapa remaja penyandang autis yang tidak bersekolah sama sekali, ada yang terapi di rumah dan ada yang sudah mandiri, dapat menjaga rumah saat keluarganya harus bekerja. Salah satunya Osi (25 th) yang dulu pernah bersekolah di Fredofios.

Bagaimana remaja autis yang masih di SLB Autis khusus untuk anak-anak usia SD?
Bukankah usia mereka dan fisiknya sudah lebih besar dari teman-teman di sekolahnya?
Tapi mereka masih bersekolah disana...
Mungkin, orangtuanya tidak tahu bahwa ada Fredofios sebagai sekolah lanjutan bagi remaja-remaja autis yang sudah saatnya mendapat pendidikan ketrampilan dan kemandirian untuk menunjang hidupnya nanti. Atau mungkin usia mereka sudah cukup ke sekolah lanjutan, tetapi kemampuannya belum mencapai taraf kemandirian sehingga belum dapat bersekolah di sekolah lanjutan. Bisa jadi, perilakunya masih 'membahayakan' diri sendiri dan orang lain.
Sehingga mereka tidak dapat masuk melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan.

Perlu adanya kerjasama antar sekolah autis di Yogyakarta untuk mengetahui jumlah remaja autis. Juga untuk mendukung masing-masing remaja autis demi kemajuan perkembangannya, dengan menyarankan orangtua jika putra/putrinya sudah layak dan sudah saatnya melanjutkan pendidikan yang cocok.

Selain itu perlu adanya komunikasi para orangtua yang memiliki putra/putri penyandang autis, supaya bisa berbagi dan tukar informasi mengenai pendidikan dan penanganan yang tepat. Sehingga jumlah remaja autis, anak-anak yang nantinya beranjak remaja dan dewasa dapat diketahui jumlahnya secara pasti.

Senin, 19 April 2010

PERAYAAN 7 TAHUN SEKOLAH LANJUTAN AUTIS FREDOFIOS DAN HARI AUTIS INTERNASIONAL DI OLD FRIENDS KAFE

PENTAS SENI DAN TALK SHOW

Minggu (18/4) semua siswa SLA Fredofios merayakan hari ulang tahun SLA Fredofios ke 7 dan Hari Autis Internasional bersama keluarga di Old Friends Kafe, Jl. Melon, Nologaten, Sleman Yogyakarta. SLA Fredofios diresmikan pada tanggal 3 April 2003, oleh GKR Hemas, 7 tahun yang lalu. Ir. H. Dikran Ar Rasyid Siregar selaku pendiri sekolah turut hadir bersama istri, Zubaidah Hasibuan, BSc dan putra mereka yang bernama Muhammad harun Arofiq Siregar (23th) murid pertama di SLA Fredofios. Namun sayang sekali, Ir. Bugi Rustamadji, MSc selaku Ketua Yayasan Autisma Nusantara, sebuah Yayasan yang menaungi sekolah dan juga selaku Kepala Sekolah, tidak turut hadir, begitu juga Ibu Ir. Sri Sudaryati, MS, istri beliau, yang sedianya menjadi pembicara dari Talk Show yang berjudul PERANAN IBU DALAM MENGHADAPI/MENANGANI PERILAKU ANAK/REMAJA AUTIS, dikarenakan ada acara keluarga yang tidak dapat ditinggalkan. Begitu juga OSi Novarga (24th) putra dari Bapak Bugi yang merupakan sahabat Muhammad Harun Arofiq Siregar (Opiq).
Namun, Mr. Fred Vrugteveen, konsultan pendidikan autis dari Belanda, dapat hadir dan menjadi pembicara Talk Show. Mr. Fred Frugteveen sudah 16 tahun tinggal di Indonesia dan malang melintang berkeliling Indonesia untuk membantu dan membimbing sekolah-sekolah khusus dan lembaga-lembaga terapi di Indonesia.

Old Friends Kafe, yang baru launching hari Rabu (14/4), terdiri dari 2 lantai, buka pada pukul 17.00 - 24.00 WIB dan buka khusus siang hari saat ada event tertentu. Kafe tersebut dapat digunakan untuk acara-acara seperti ulang tahun, rapat, arisan, talk show dan sebagainya. Dengan pemandangan area persawahan dan perkebunan, serta bahan bangunan bambu, dan interior bambu serta kayu, sangat terasa suasana pedesaan. Apalagi sambil menikmati kopi, teh, atau minuman segar yang tersedia disana, serta makanan-makanan seperti nasi goreng, pizza, spaghetti, dan masih banyak lagi makanan-makanan barat maupun oriental. Dilengkapi dengan panggung, alat musik dan sound system, para pengunjung disuguhi alunan musik dari band-band Jogja. Pagi itu, semua siswa, keuarga, teman-teman mahasiswa dari UGM, UNY, UII, USD, UST, berbaur merayakan hari ulang tahun SLA Fredofios di hibur oleh Band Akustik The Vincent, yang terdiri dari Gandung (vokal), Daniel (keyboard), Angga (bass) dan Samsul (gitar).

Agung Tri Yulianto, S.Pd selaku ketua panitia membuka acara tepat pukul 10.00, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Pendiri Sekolah Ir. Dikran Ar Rasyid Siregar, lalu The Vincent membawakan lagu Jangan Menyerah, untuk memberi semangat para penyandang autis.
Opiq juga tidak mau kalah, ia memainkan keyboard didampingi Bapak Antonius Nugroho, S.Pd guru musik di SLA Fredofios. Setelah itu tayangan foto-foto kegiatan siswa dan keluarga selama 1 tahun diperlihatkan melalui screen.

Tari Membatik dibawakan oleh Mutia Dyah Listyowati, Dian Kartika Sari, Ivan Raditya Utama dan Darmayu Pratyakso. Tarian ini karya Bapak Catur Widiatmono, S.Sn. Selama latihan para siswa tersebut dibimbing oleh beliau serta dibantu oleh Dewi Retno Pertiwi, S.PSi. Darmayu Pratyakso juga membawakan tari Pencak Silat, kemudian disusul oleh Opiq yang unjuk bakat menebak hari tertentu. Salah satu peserta dari Fakultas Psikologi UST menanyakan hari tertentu dengan menybutkan tanggal, bulan dan tahun tertentu, dan Opiq dapat mengingat harinya dengan persis.

Kue Ulang Tahun bergambar gedung sekolah berwarna biru segera diletakkan di atas meja, The Vincentpun mengiringi dengan lagu Selamat Ulang Tahun. Semua siswa mendekat ke meja, bernyanyi bersama, meniup lilin, dan memotong kue bersama-sama. Hadir pula Natrio Catra Yososha, penyandang autis, yang saat ini kuliah di Fakultas Ilmu Budaya, jurusan Arkeologi, UGM. Osha begitu panggilannya, ikut melebur bersama para siswa di Fredofios. Osha saat ini kost di Bulaksumur, dekat Masjid Kampus UGM. Setelah itu acara dilanjutkan dengan Talk Show. Mr. Fred Vrugteveen mengatakan bahwa orangtua yang memiliki anak penyandang autis sangat berperan dalam perkembangan anak, terutama untuk mempersiapkan magang kerja, menuju kemandirian, seperti Osha yang mampu kuliah dan kost sendiri di Yogyakarta. Orangtua Osha berjuang demi kemajuan dan perkembangan Osha, sehingga dapat mengantar Osha sampai ke Perguruan Tinggi.

Jumat, 09 April 2010

7 Tahun SLB Autis Fredofios dan hari Autis Internasional

Tanggal 2 April merupakan Hari Autis Internasional, dan tanggal 3 April adalah tanggal diresmikannya Sekolah Lanjutan Bagi Remaja Autis. Maka setiap bulan April, sekolah kami selalu mengadakan serangkaian kegiatan untuk merayakan hari-hari yang bersejarah itu.
Pada bulan April tahun 2010 kali ini kami mengadakan acara :

OPEN HOUSE (SCHOOL)
Senin - Jumat, tanggal 5 - 9 April 2010
Pukul 10.00 - 13.00 WIB
Terbuka untuk masyarakat umum.
dengan membuka sekolah untuk memberikan kesempatan pada masyarakat umum mendapatkan informasi tentang autism. Beberapa kegiatan selama OPEN HOUSE yaitu :
1. Demonstrasi kegiatan belajar siswa (akademik, ketrampilan dan olahraga)
2. Pameran lukisan dan Hasil karya siswa
3. Pemutaran film dan video kegiatan siswa.
4. Konsultasi tentang autism dan pendidikan autism.


PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu)
Sabtu - Minggu, 10 - 11 April 2010
Khusus untuk Siswa di Fredofios

PENTAS SENI & TALK SHOW
Minggu, 18 April 2010
Pukul 10.00 - 13.00
di OLD FRIENDS KAFE DAN RESTO
Jl. Melon, Nologaten, Sleman, Yogyakarta
Menampilkan Bakt-bakat remaja autis
Talk Show tentang
"Peran Ibu Dalam Menangani Perilaku Anak Autis" oleh Ir. Sri Sudaryati, MS
Terbuka untuk Umum.

Rabu, 17 Februari 2010

PROGRAM PENDIDIKAN

Program Pendidikan SLB Autis Fredofios

1. Kegiatan Akademik
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa Inggris
c. Matematika
d. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
e. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
f. Bahasa Jawa

2. Ketrampilan
a. Komputer
b. Daur Ulang Kertas
c. Kriya (kolase, meronce manik-manik, membuat asesoris gelang, kalung dan anting,
hiasan meja, hiasan dinding, bunga kertas, dll)
d. Memasak
e. Perpustakaan

3. Kesenian
a. Seni Musik
b. Seni Lukis
c. Menggambar
d. Menari
e. Puisi
f. Teater
g. Sendratari

4. Sosialisasi
a. Outing (jalan-jalan dan mengunjungi fasilitas/tempat umum, naik transportasi umum,
bertamu, dll)
b. Pramuka
c. Belanja

5. Olah Raga
a. Berenang
b. Olahraga di lapangan (basket, sepak bola, kasti, estafet, volly, dll)
c. Senam

6. Program Khusus
a. Bina Diri (etika, toilet training, membersihkan lingkungan, dll)
b. Terapi Tari dan Musik
c. Training magang kerja

Rabu, 25 November 2009

Camping Remaja Autis Berkolaborasi dengan Remaja TunaRungu



Camping dan Outbound berlanjut ke Lembang Bandung, cukup jauh tapi Alhamdulillah kami dapat membawa para siswa menuju ke Bandung dengan mobil avanza. Para siswa yang ikut, Opiq (22th), Tia (21th), Ivan (13th), dan Todi (15th). Sedangkan guru-guru yang ikut yaitu Pak Somad, Bu Dewi, dan Pak Agung. Adapula sukarelawan, mahasiswa PLB UNY, Mbak Laras, ikut menemani sampai ke Bandung.
Perjalanan berangkat cukup lancar, kami berangkat pukul 21.00 WIb dan sampai di Bandung sekitar pukul 06.00 WIB. Selama perjalanan, Ivan tidak mau berhenti melihat dan mendengar musik lewat VCD player yang ada di mobil. Mobil yang mengantar kami kebetulan milik Ivan. Kami membawa sopir dari keluarga Tia. Sehingga cukup menghemat pengeluaran.
Sesampainya di Rumah Kriya Kubca Samakta, kami disambut pegawai yang merupakan penyandang tuna rungu. Pagi itu mereka menyediakan makan pagi buat kami disela-sela kesibukannya membersihkan ruangan dan beberapa kamar yang digunakan untuk penginapan/hotel.
Sorenya kami bertemu dengan beberapa panitia dan peserta dari Jakarta, Bandung dan Sari Asih Yogyakarta. Setelah daftar ulang kami mulai mendirikan tenda di halaman Kubca Samakta. Karena cuaca sedang buruk dan hujan sering turun, maka panitia memasang terpal di atas tenda dum yang kami dirikan.
Suasana sangat meriah, beberapa penyandang autis tampak ikut mendirikan tenda bersama pendampingnya namun ada pula yang berlarian mengelilingi halaman, ada yang hanya berdiri tanpa melakukan apapun, ada yang sedang bengong, dan ada yang bermain sendiri.
Setiap peserta camping wajib didampingi guru atau terapis, sehingga para peserta merasa aman berada di tempat yang baru.
Rupanya sukarelawan yang ikut sangat banyak, bahkan melebihi jumlah peserta, sehingga hal itu cukup membuat para peserta yang merupakan penyandang autis terlihat sedikit kacau dan bingung karena terlalu ramai dan penuh. Mereka adalah mahasiswa dari fakultas psikologi dan kedokteran yang mengobservasi para peserta.
Sehingga banyak pula diantara mereka yang mengintervensi para peserta, sehingga peserta yang kurang cakap dalam beradaptasi merasa terganggu dan muncul perilaku yang tidak diharapkan. Ketidaktahuan para sukarelawan cara penanganan pada penyandang autis turut menjadi faktor munculnya perilaku tersebut.
Aktivitas permainan, perkenalan serta meditasi dan relaksasi juga menjadi tidak sesuai dengan tujuan, karena suasana terlalu ramai, para sukarelawan seperti menonton sebuah pertunjukan. Meskipun para penyandang autis sudah berusia remaja dan dewasa, tapi ternyata mereka masih mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan yang ramai.
Malamnya kami, guru-guru, pendamping, terapis dan para siswa tidur di dalam tenda. Beberapa peserta berada di tenda berukuran besar dengan didampingi 1 - 2 orang guru. Dan beberapa peserta tidur di tenda dum berukuran kecil dengan didampingi 1 orang guru. Udara yang sangat dingin membuat beberapa peserta tidak dapat tidur dengan nyenyak dan sesekali mereka bergumam di dalam tenda.
Tetapi sayang sekali para sukarelawan dan panitia tidak ikut merasakan tidur di dalam tenda bersama para penyandang autis, dan mereka dapat tidur nyenyak di kamar yang hangat.
Paginya kami jalan-jalan dan senam pagi bersama. Setelah mandi dan makan pagi kami hiking ke Boscha.
Sebelum masuk ke teropong bintang, kami diajak untuk melakukan permainan bersama di halaman Boscha. kemudian kami bersama-sama melihat teropong bintang dan mendengarkan penjelasan tentang teropong bintang dari petugas. Namun rupanya para penyandang autis tidak menyimak penjelasan petugas, karena terlalu panjang lebar dan kompleks sehingga para peserta terlihat bosan dan bermain-main sendiri. Bahkan ada yang tiba-tiba bermain dengan penisnya, ada yang minta untuk keluar ruang, ada yang naik mendekati teropong, ada yang menjatuhkan topinya ke bawah.
Setelah itu kami berjalan lagi menuju sebuah hotel untuk berenang. Semua peserta sangat senang saat berenang bersama, meskipun air begitu dingin. Beberapa peserta ada yang memilih untuk berenang di kolam yang dangkal karena belum dapat berenang. Ada yang bermain air, ada yang bermain bola, dan ada yang tiba-tiba memeluk sukarelawan perempuan. Ada pula yang tiba-tiba bermain penis. Kekurangsiapan dan kurangnya pengetahuan para sukarelawan mengenai perkembangan perilaku seksual remaja autis rupanya membuat mereka bereaksi kaget, menolak dan ada pula yang merasa jijik dan mengeluh. Namun setelah guru dan terapis yang mendampinginya menjelaskan, mereka akhirnya memaklumi dan mengerti.
Kamipun kembali ke tenda, istirahat, tidur siang dan sore harinya kami lanjutkan dengan belajar kriya bersama, lalu permainan dan acara bebas. Ada yang tidur, ada yang ikut game dan ada yang membakar sate serta jagung.Pagi harinya kami diajak untuk belanja ke pasar tradisional untuk membeli sayur dan buah.
Kemudian kami memasak bersama. Setelah memasak kami siap-siap untuk pentas seni.
Sore harinya kami keliling kota Bandung melihat gedung sate, berbelanja, dan pukul 21.00 WIB kamipun meninggalkan kota Bandung.
Di perjalanan tiba-tiba jalanan macet selama 2 jam, mobil berjalan sangat lambat. Ternyata ada truk yang kecelakaan. Saat jalanan macet, Todi terpaksa BAK di pinggir jalan.
Setelah terbebas dari kemacetan, tiba-tiba Ivan mutah karena mabuk perjalanan. Alhamdulillah, perjalanan sampai di Jogja dapat lancar setelah itu. Kami sampai di Jogja pukul 06.00 WIB.