Rabu, 25 November 2009

Camping Remaja Autis Berkolaborasi dengan Remaja TunaRungu



Camping dan Outbound berlanjut ke Lembang Bandung, cukup jauh tapi Alhamdulillah kami dapat membawa para siswa menuju ke Bandung dengan mobil avanza. Para siswa yang ikut, Opiq (22th), Tia (21th), Ivan (13th), dan Todi (15th). Sedangkan guru-guru yang ikut yaitu Pak Somad, Bu Dewi, dan Pak Agung. Adapula sukarelawan, mahasiswa PLB UNY, Mbak Laras, ikut menemani sampai ke Bandung.
Perjalanan berangkat cukup lancar, kami berangkat pukul 21.00 WIb dan sampai di Bandung sekitar pukul 06.00 WIB. Selama perjalanan, Ivan tidak mau berhenti melihat dan mendengar musik lewat VCD player yang ada di mobil. Mobil yang mengantar kami kebetulan milik Ivan. Kami membawa sopir dari keluarga Tia. Sehingga cukup menghemat pengeluaran.
Sesampainya di Rumah Kriya Kubca Samakta, kami disambut pegawai yang merupakan penyandang tuna rungu. Pagi itu mereka menyediakan makan pagi buat kami disela-sela kesibukannya membersihkan ruangan dan beberapa kamar yang digunakan untuk penginapan/hotel.
Sorenya kami bertemu dengan beberapa panitia dan peserta dari Jakarta, Bandung dan Sari Asih Yogyakarta. Setelah daftar ulang kami mulai mendirikan tenda di halaman Kubca Samakta. Karena cuaca sedang buruk dan hujan sering turun, maka panitia memasang terpal di atas tenda dum yang kami dirikan.
Suasana sangat meriah, beberapa penyandang autis tampak ikut mendirikan tenda bersama pendampingnya namun ada pula yang berlarian mengelilingi halaman, ada yang hanya berdiri tanpa melakukan apapun, ada yang sedang bengong, dan ada yang bermain sendiri.
Setiap peserta camping wajib didampingi guru atau terapis, sehingga para peserta merasa aman berada di tempat yang baru.
Rupanya sukarelawan yang ikut sangat banyak, bahkan melebihi jumlah peserta, sehingga hal itu cukup membuat para peserta yang merupakan penyandang autis terlihat sedikit kacau dan bingung karena terlalu ramai dan penuh. Mereka adalah mahasiswa dari fakultas psikologi dan kedokteran yang mengobservasi para peserta.
Sehingga banyak pula diantara mereka yang mengintervensi para peserta, sehingga peserta yang kurang cakap dalam beradaptasi merasa terganggu dan muncul perilaku yang tidak diharapkan. Ketidaktahuan para sukarelawan cara penanganan pada penyandang autis turut menjadi faktor munculnya perilaku tersebut.
Aktivitas permainan, perkenalan serta meditasi dan relaksasi juga menjadi tidak sesuai dengan tujuan, karena suasana terlalu ramai, para sukarelawan seperti menonton sebuah pertunjukan. Meskipun para penyandang autis sudah berusia remaja dan dewasa, tapi ternyata mereka masih mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan yang ramai.
Malamnya kami, guru-guru, pendamping, terapis dan para siswa tidur di dalam tenda. Beberapa peserta berada di tenda berukuran besar dengan didampingi 1 - 2 orang guru. Dan beberapa peserta tidur di tenda dum berukuran kecil dengan didampingi 1 orang guru. Udara yang sangat dingin membuat beberapa peserta tidak dapat tidur dengan nyenyak dan sesekali mereka bergumam di dalam tenda.
Tetapi sayang sekali para sukarelawan dan panitia tidak ikut merasakan tidur di dalam tenda bersama para penyandang autis, dan mereka dapat tidur nyenyak di kamar yang hangat.
Paginya kami jalan-jalan dan senam pagi bersama. Setelah mandi dan makan pagi kami hiking ke Boscha.
Sebelum masuk ke teropong bintang, kami diajak untuk melakukan permainan bersama di halaman Boscha. kemudian kami bersama-sama melihat teropong bintang dan mendengarkan penjelasan tentang teropong bintang dari petugas. Namun rupanya para penyandang autis tidak menyimak penjelasan petugas, karena terlalu panjang lebar dan kompleks sehingga para peserta terlihat bosan dan bermain-main sendiri. Bahkan ada yang tiba-tiba bermain dengan penisnya, ada yang minta untuk keluar ruang, ada yang naik mendekati teropong, ada yang menjatuhkan topinya ke bawah.
Setelah itu kami berjalan lagi menuju sebuah hotel untuk berenang. Semua peserta sangat senang saat berenang bersama, meskipun air begitu dingin. Beberapa peserta ada yang memilih untuk berenang di kolam yang dangkal karena belum dapat berenang. Ada yang bermain air, ada yang bermain bola, dan ada yang tiba-tiba memeluk sukarelawan perempuan. Ada pula yang tiba-tiba bermain penis. Kekurangsiapan dan kurangnya pengetahuan para sukarelawan mengenai perkembangan perilaku seksual remaja autis rupanya membuat mereka bereaksi kaget, menolak dan ada pula yang merasa jijik dan mengeluh. Namun setelah guru dan terapis yang mendampinginya menjelaskan, mereka akhirnya memaklumi dan mengerti.
Kamipun kembali ke tenda, istirahat, tidur siang dan sore harinya kami lanjutkan dengan belajar kriya bersama, lalu permainan dan acara bebas. Ada yang tidur, ada yang ikut game dan ada yang membakar sate serta jagung.Pagi harinya kami diajak untuk belanja ke pasar tradisional untuk membeli sayur dan buah.
Kemudian kami memasak bersama. Setelah memasak kami siap-siap untuk pentas seni.
Sore harinya kami keliling kota Bandung melihat gedung sate, berbelanja, dan pukul 21.00 WIB kamipun meninggalkan kota Bandung.
Di perjalanan tiba-tiba jalanan macet selama 2 jam, mobil berjalan sangat lambat. Ternyata ada truk yang kecelakaan. Saat jalanan macet, Todi terpaksa BAK di pinggir jalan.
Setelah terbebas dari kemacetan, tiba-tiba Ivan mutah karena mabuk perjalanan. Alhamdulillah, perjalanan sampai di Jogja dapat lancar setelah itu. Kami sampai di Jogja pukul 06.00 WIB.


Selasa, 17 November 2009

Camping dan Outbound di Banyu Sumilir

Melatih Kemandirian dan Mencintai Alam

Hari Sabtu (14/11) sore, kami sepakat untuk berkumpul di sekolah. Namun siang itu tiba-tiba hujan turun sangat deras. Sampai sore jam 14.30 WIB hujan masih turun. Bu Dewi yang membawa kunci sekolah pertama kali sampai di sekolah dengan tas ransel dan jaket kuningnya. Kemudian Mas Adib, kawan dari Yellow, datang. Jam 15.00 WIB hujan sudah berhenti, tetapi belum ada siswa yang datang. Tak berapa lama Pak Somad datang, disusul Mbak Laras, mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) UNY diantar temannya. Jam 15.30 WIB Opiq datang di antar mama dan papanya naik mobil kijang. Kemudian Todipun datang di antar Eyang Kakungnya. Todi bilang bahwa Pak Bowo supir Tia lama sekali menjemputnya, sehingga Todi berangkat terlebih dulu karena tidak mau terlambat. Tia datang ke sekolah diantar supir dan didampingi mamanya. Lalu Dianpun datang hampir jam 16.00 WIB, begitu juga dengan Ivan. Ivan datang diantar papanya dan ia membawa radio kaset.
Kami camping dan outbound di Desa Srowolan, Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta. Ini adalah kedua kalinya kami mengadakan camping. Tetapi kali ini kami akan menginap semalam.
Tujuan kami adalah untuk latihan mengikuti camping bersama remaja autis yang berkolaborasi dengan penyandang tunarungu di Bandung. Selain itu untuk melatih kemandirian siswa ketika tidak bersama keluarganya. Kami juga ingin mengenalkan lingkungan pedesaan dan alam kepada siswa.

Sesampainya kami di lokasi camping dan outbound Banyu Sumilir, kami disambut Bapak Triyanto selaku manager. Ivan segera turun dari mobil dan menuju televisi yang ada di restoran Banyu Sumilir. Kemudian kami menurunkan tas dan perbekalan kami. Ternyata Opiq membawa 3 tas dan kasur busa lipat sehingga perlu bantuan untuk membawanya. Sedangkan Tia dan Dian membawa 2 tas. Sehingga mereka dapat membawanya sendiri. Begitu juga dengan Todi dan Ivan yang hanya membawa 1 tas ransel.
Dua buah tenda dum sudah didirikan oleh instruktur banyu sumilir. Setelah beberapa menit istirahat, kami diajak untuk latihan mendirikan tenda dum di lapangan. Suasana pedesaan sangat terasa. Setelah hujan turun, rupanya Tuhan menghentikannya, mungkin doa para calon penghuni surgalah yang menghentikan hujan sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan pada sore itu. Kami didampingi oleh Mbak Wuri, Mas Rian dan Mas Lukas, mereka semua adalah instruktur di Banyu Sumilir. Lapangan itu biasanya digunakan untuk outbound sehingga banyak sekali perlengkapan outbound disana.

Opiq, tia, Dian, dan Todi tampak memperhatikan penjelasan dari instruktur. Sedangkan Ivan masih ingin mengenal lingkungan di sekitarnya. Sehingga Pak Somad harus mengikuti kemana kaki Ivan melangkah. Pak Agung saat itu harus mengantar istrinya ke dokter untuk control kehamilan sehingga ia datang terlambat.
Setalh instruktur meberi penjelasan dan memperagakan cara mendirikan tenda, maka anak-anak diberi kesempatan untuk mendirikan tenda untuk melatih kerjasama. Mereka semua tampak antusias. Beberapa kali mereka pernah latihan mendirikan tenda di bumi perkemahan, di sekolah dan di kaliurang. Sehingga mereka sudah tidak asing lagi dengan tenda dan merekapun dapat mendirikannya.

Setelah mendirikan tenda, kami diajak untuk jalan-jalan keliling kampung. Karena hari sudah mulai petang, kami hanya sebentar berjalan-jalan. Kami bertemu dengan beberapa warga desa disana. Ketika sampai di lokasi lagi, semua siswa sholat Magrib bersama Mas Adib.
Lalu kami masuk ke dalam tenda yang telah disediakan oleh panitia. Sambil menunggu makanan disiapkan, Bu Dewi dan Todi pergi ke dapur untuk menggoreng ikan khusus untuk Todi. Karena Todi diet makanan tertentu.
Bawal bakar, lalap dan sambal langsung kami santap. Rupanya udara dingin membuat kami lapar. Setelah makan, kami segera menuju lapangan untuk api unggun dan dongeng malam. Semua siswa tampak menikmati acara tersebut. Dian yang dari awal kedatangan sanat ingin bernyanyi, kami persilahkan untuk menyanyi. Todipun mengikuti dengan menyanyikan lagu Isabella. Sebelumnya kami bermain dan menyanyi di dekat api unggun. Malam sudah larut, dan ternyata Ivan ketiduran dengan beralaskan tikar. Opiqpun juga ikut tiduran. ternyata tidak mudah membangunkan Ivan, Ivan sudah terlelap di dekat api unggun. Ketika diajak pindah ke dalam tenda, Ivan menolak. Kami tidak tahu alasannya.
Tiba-tiba hujan gerimis datang. Tia, Dian dan Todi sudah tidur di dalam tenda. Setelah bertahan sesaat di dalam tenda akhirnya kami putuskan untuk pindah ke dalam kamar, karena hujan turun semakin deras.
Namun tidak semudah itu meminta anak-anak untuk memindah tasnya. Dian panik sekali ketika jilbapnya tidak ditemukan. Begitu juga dengan Todi yang mencari sepatunya.
Akhirnya kami bermalam di kamar yang telah disediakan. Itupun tidak mudah meminta anak-anak untuk segera tidur. Ivan mencari televisi dan radio. Mungkin dia berpikir bahwa di tempat itu seperti hotel dan harus ada televisi. Meskipun Ivan sudah membawa radio, tetapi kami tidak menijinkannya. Ivan tidur sambil bermain hp milik mas Adib. Todi sudah terlelap, begitu juga Opiq dan Tia. Namun Dian ternyata susah tidur, berbagai alasan seperti digigit nyamuk, mau pipis, dan selalu bergerak. Sedangkan Opiq setiap saat selalu terbangun dan menanyakan "Jam berapa?"

Pagi hari anak-anak bangun pukul 05.00 WIB, todi, Tia, Opiq dan Diansegera bangun untuk mengambil wudhu bersama Pak Agung. Ketika mereka berjalan ke Mushola, Todi dan Dian berjalan di belakang Pak Agung, Opiq dan tia, agak jauh jarak mereka. Tiba-tiba Todi berteriak, "Ada preman!!" Dianpun panik dan lari sehingga tidak menyadari keadaan sekitarnya, Dianpun jatuh tersungkur sambil berteriak sangat keras. Rupanya Pak Penjaga Malam keluar dari kantornya yang disangka preman oleh Todi. Semua orangpun keluar untuk melihat.
Setelah ditenangkan, Dian kembali ke kamar. Sedangkan Todi, Tia, dan Opiq sholat Shubuh bersama Pak Agung. Ivan masih lelap tertidur hingga sampai pada saat senam dan jalan pagi.
Ivan susah sekali dibangunkan. kemudian kami senam dan jalan pagi tanpa Ivan. Kami dipandu oleh Mas Lukas.
Udara pagi itu sangat sejuk, kami berjalan-jalan keliling desa melewati kebun pertanian, kebun salak, rumah-rumah penduduk, bekas makam cina, peternakan ayam, peternakan sapi dan kebun jagung serta cabai. Anak-anak tampak senang dan menikamti pemandangan di desa wisata Srowolan. Tiba-tiba dari arah berlawanan, muncul Ivan ditemani Mbak Wuri salah satu instruktur. rupanya Ivan terbangun sendirian dan atas inisiatifnya Ivan mencari Mbak Wuri. Ivan minta dibelikan koran pagi itu, tapi kami tidak memberikannya karena sangat jauh dari kota yang ada penjual korannya. Ivanpun minta gendong PakAgung dan tiba-tiba bilang, "pipis." Ivan akhirnya terpaksa pipis di kebun jagung.

Setelah sarapan dan mandi pagi, kami mulai outbound dan wisata kebun salak. Kami dipandu oleh Mas Wawan. beberapa peserta outbound dari SD muhammadiyah Sagan dan juga pegawai-pegawai Fif Cilacap mulai berdatangan sehingga suasana menjadi sangat ramai. Para instruktur berbaju kuning muda dan hitam, punggung bertuliskan Banyu Sumilir juga telah siap memandu.
Kami mulai dengan pemanasan. Ivan berkali-kali ingin kembali ke kamar, ternyata ia ingin membawa tas plastiknya yang berisi foto SBy dan wakilnya serta beberapa potongan iklan, poster para menteri, dan catatan 33 propinsi, serta bendera merah putih. Ivan harus selalu membawa plastiknya itu, jika tidak ada atau ia lupa menaruh, ia pasti akan mencarinya.
Setelah pemanasan, kami diajak jalan-jalan ke kebun salak untuk melihat pohon-pohon salak dan para petani salak yang sedang memanennya. Kami harus hati-hati memasuki kebun, karena jika tidak, mungkin durinya dapat menggores tangan. Kami diperbolehkan juga untuk memetik salak dan mencicipinya.


Kemudian kami bermain meniti bambu untuk melatih keseimbangan. Mas Wawan sebagai instruktur dengan sabar membimbing Ivan, Todi, Tia, Dian, Opiq meniti 3 batang bambu yang disusun. Setelah itu, ban bekaspun ditata untuk dilompati secara bergantian. Lalu, latihan kerjasama keseimbangan dg berdiri diatas ban. semua siswa sangat senang dan tidak terlihat lelah.

Outboundpun berlanjut di area outbound kid. Jika kami ajak anak-anak ke area outbound untuk remaja dan dewasa, kami tidak yakin anak-anak akan dapat melakukannya. Karena mereka belum memiliki kemampuan keseimbangan yang bagus.
Ivan sangat semangat sampai ia mencoba permainan berkali-kali. Begitu juga dian, meskipun ia berulangkali terjatuh dan terpeleset, ia tetap saja mencoba. Setelah istirahat sejenak, kami lanjutkan dengan menangkap ikan di kolam. Ternyata sulit sekali berjalan di kolam berlumpur, ikannya juga sangat licin untuk ditangkap. Ivan sudah tidak sabar berenang, sehingga Ivan berenang duluan.

Tia, Todi, Opiq dan Ivan berenang bersama di kolam berkedalam 1 meter. Mereka juga bermain perosotan di kolan itu. Setelah lelah, kami semua disuguh nasi dan sayur urap serta tempe goreng. Hhmmm, sungguh nikmat dan sedap makan di tengah sawah dan kolam.
Pukul 13.30 WIb kami dijemput oleh orangtua Opiq dan Tia. Kamipun kembali ke rumah dengan pengalaman yang sangat seru dan menggembirakan.

Jumat, 24 Juli 2009

HARI KEDUA FAMILY GATHERING AND OUTBOND

Kukuruyuuuuuuuuuk……………………
heeee itu suara kokok ayam beneran atau suara alarm Hp ya?
Semua peserta pun bangun dengan kedinginan dari balik selimut. Nah untuk menghangatkan tubuh semua peserta dikumpulkan untuk jalan-jalan di daerah sekitar wisma, priiiiiiiiiiiiiiiiit suara semprit memanggil para peserta untuk berkumpul. ternyata tidak cuma kehangatan yang didapat, tapi juga pisang kepok (Beberapa Ibu melihat penjual pisang dan akhirnya membeli pisang sebagai oleh-oleh).

Sepulangnya dari jalan-jalan peserta disambut oleh teh hangat, roti tawar&selai, dan nasi goreng. Selain sarapan yang disediakan oleh catering dan pengurus wisma, ada juga bakso kuah yang dibuat oleh Bu Dessy dan Tante Umi.....nyam banyak pilihan niiii.
Outbondpun dimulai dengan pemanasan senam dan ice breaking yang dipandu Pak Somad. Ice breaking diisi dengan game keluarga burung, peserta dibagi dalam 3 kelompok besar yang dikelompokkan secara acak.
Kelompok 1 (ayah burung) bersuara Kak Kak Kak
Kelompok 2 (ibu burung) bersuara Kuk Kuk Kuk
Kelompok 3 (anak burung) bersuara Cit cit cit
Setelah itu semua pesarta berhamburan lari ke lapangan dengan bersuara sesuai bagiannya, tugasnya adalah membentuk kelompok 3 orang yang bersuaran Kak-Kuk-Cit. Suasanapun berubah riuh dengan suara-suara Kak Kak Kak-Kuk Kuk Kuk-Cit Cit Cit.

Berikut adalah game yang dilaksanakan dalam outbond kali ini:
Game Kerjasama:
1. Mendirikan Tiang Keluarga
2. Memindahkan Bola
3. Log line
4. Menuntun orang buta
Game Komunikasi:
Bujursangkar bolong
Game Kreatif:
1. Menara Sedotan
2. Baju dari koran

Semua game terlaksana dengan sukses, sukses di saat kegiatan juga pemaknaannya. Tujuan outbondpun secara umum telah tercapai, kalau pakai prosentase, sekitar 80% (he he he). Seluruh peserta dibagi dalam 5 kelompok sesuai keluarganya masing masing: Kel Dikran+Dita, Kel Hartanto, Kel Prawoto+Tante Umi,
Kel Pak Catur+Ivan&Wawan Mendirikan Tiang Keluarga
Saat game banyak konflik yang terjadi, ada yang berteriak, ada yang memberi komando, ada juga yang saling menyalahkan. Pada game ini seluruh anggota keluaga membawa tongkat bambu dengan punggung jari telunjuk mereka, berjalan menuju lubang botol di sisi lain dan kemudian berusaha memasukkan tongkat bambu ke mulut botol. Para ayah dan ibu pun berstrategi. Tantangan kedua, nggak pakai jari, tapi pakai ranting berukuran 10 cm.

Memindahkan Bola
di game ini semua bisa bekerjasama dengan baik, keluarga Pak Catur yang kolaborasi dengan Ivan dan Wawan cukup keras berjuang, beberapa kali Ivan tidak berhasil memasukkan bola di ujung perjuangan , tapi akhirnya selesai juga dengan selamat
Log line
game ini dilakukan dengan bantuan batang pohon besar yang ditemukan Pak Somad di sekitar wisma. game ini cukup seru karena tim yang bermain harus bisa menjaga keseimbangan saat berpindah tempat membuat urutan sesuai tugas yang diberikan oleh trainer
Menuntun orang buta
dalam game ini tiap keluarga dibagi dalam 2 grup yaitu orang tua dan anak. Orangtua menunggu di garis finish tak bersuara, sedangkan anak anak di garis start dengan kaki saling terikat dengan sudara lainnya, anak berkebutuhan khusus ditutup matanya. Tugas sibling adalah membantu saudaranya yang berkebutuhan khusus untuk melewati jalur yang sudah ditentukan menuju garis finish. Ternyata masing-masing sibling punya cara tersendiri yang disesuaikan dengan cara komunikasi mereka dengan sudaranya yang berkebutuhan khusus. Sungguh senang melihat para sibling dapat membuat anak berkebutuhan khusus merasa nyaman sambil bersama-sama melewati rintangan

Moment mengharukan terjadi pada saat pemaknaan kerjasama yang disajikan oleh Pak Somad, inti dari game kerjasama selain untuk kerjasama keluarga sebagai sebuah tim, juga untuk meningkatkan kesadaran sibling untuk terlibat dalam perkembangan anak berkebutuhan khusus, juga kesadaran ortu untuk memupuk kerjasama serta meningkatkan kemampuan penanganan sibling terhadap anak berkebutuhan khusus, misalnya pada saat game menuntun orang buta: game itu adalah simulasi kecil, bahwa ortu tidak hidup selamanya, suatu saat mereka hanya bisa melihat dari alam lain tanpa bisa memberi instruksi maupun bimbingan pada anak-anaknya, dan yang akan menggantikan posisi mereka membimbing anak berkebutuhan khusus itu adalah para sibling. Jadi semua harus dipersiapkan mulai sekarang untuk masa depan. Dia akhir pemaknaan banyak ortu dan sibling yang matanya berkaca-kaca dan meneteskan air mata, bahkan guru dan relawan yang jadi trainer outbond dan panitia pun nampak terharu dan menitikkan air mata.
Bujursangkar bolong
Tiap keluarga diberi slayer untuk menutup mulut masing-masing peserta alalu diberi sebuah amplop (ibarat suatu pemberian dari Yang Maha Kuasa), tidak ada yang tahu apa isi amplop sampai mereka membukanya, ternyata isinya adalah potongan karton berbagai macam bentuk yang tampak tak bermakna. Lalu muncul instruksi dan petunjuk untuk membuat bujur sangkar bolong(ternyata potongan yang nampak berantakan tak bisa dimiengerti itu adalah puzzle dan dapat dibentuk menjadi suatu bentuk yang bermakna). Sesi 1: peserta menyusun puzzle tanpa bicara. Sesi 2: menyusun boleh bicara. Sesi 3: kalau belum berhasil di sesi 2, maka di sesi 3 diberi lembar kunci.
Pada saat pemaknaan peserta dapat diarahkan pada pengertian pentingnya berkomunikasi. tanpa komunikasi tugas tidak dapat diselesaikan bahkan tyerjadi salah persepsi, saat mulai berkomunikasi walaupun tugas tidak selesai namun hasinya jauh lebih baik daripada tidak berkomunikasi, bila sudah berkomunikasi belum selesai juga maka perlu cari info atau orang ketiga yang dapat memberi info pemecahan masalah (kunci penyelesaian masalah). Pada pemaknaan muncul beberapa pertanyaan seputar komunikasi ortu dan anak, lalu terjadi diskusi dan curhat yang cukup seru di kubu anak dan ortu, namun disepakati perlu adanya komunikasi dan perbaikan cara berkomunikasi agar ortu dan anak dapat lebih terbuka satu sama lain.

Menara Sedotan
Tiap keluarga diberi sedotan dan waktu 5 menit untuk membuat menara dari sedotan setinggi dan sekuat mungkin. Masing-masing keluarga memiliki cara dan konstruksi yang berbeda untuk membangun menara
Baju dari koran
Masing-masing keluarga diberi dua set kertas koran, klip, isolasi dan gunting. peserta berkreasi sebebasnya untuk mengubah lembaran koran menjadi sebuah baju. Kel Dikran denga model Dita membuat baju santai dengan tali sedotan, kel Hartanto dengan model Tia membuat baju dengan model santai dan dihias rimpel dan pita, kel Prawoto dengan model Tama membuat kostum HarryPotter lengkap dengan tongkat sihirnya, kel Catur dengan model Arum membuat baju pentas kontemporer.
Dalam game kreatif ini keluarga diingatkan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan kreatif, bekerjasama yang menimbulkan rasa senang dan kebersamaan.

SETELAH SEMUA GAME SELESAI semua peserta beristirahat makan siang, dan sholat berjamaah
Kegiatan belum selesai, masih ada Lomba Antar Keluarga yaitu Tangkap Air
Caranya dua orang anggota keluarga mengisi kantong plastik dengan air lalu diilkat dan dilempar kepada dua anggota keluarga lain yang akan menangkap dengan bantuan taplak, kemudian membuka ikatannya dan menuang airnya kedalam botol air mineral, yang tercepat memenuhi botol yang tersedia menjadi pemenangnya.
Semua peserta tampak Hebooooh, sayang kel Hartanto pulang sebelum lomba karena ada kegiatan lain.
pemenangnya adalah Juara1 kel Dikran, Juara 2 kel Catur, Juara 3 kel Prawoto, Juara 4 Ivan.
Hal seru terjadi setelah peluit tanda lomba selesai!!!!!panitia melemparkan kantong2 plasik berisi air ke arah Pak Agung dan Pak Samsu yang berulangtahun di bulan Juli, akhirnya para sibling dan siswa Fredofiospun ikut saling lempar dan sasarannya bukan cuma yang berulangtahun tapi semua peseta da panitia..... brrrrr basah deh.
setelah penutupan dan doa bersama, kegiatan family gathering dan outbond pun berakhir, semua pulang dengan capai dan pegal, tapi juga dengan membawa pemaknaan dan pemahaman baru yang insyaAllah dapat memunculkan pencerahan

THANS FOR ALL PARTICIPANT

Kegiatan Opiq Hari Minggu, 19 Juli 2009



Opiq bangun pagi jam 5 pagi lalu Opiq mengambil wudhu sholat Subuh 2 rokaat bersama Pak Dikran ajarin Opiq bunyinya Opiq Ya allah selamatkanlah nanti sore hari Minggu, 19 Juli 2009 Opiq, Pak Dikran, Kak Miranda, Bu Dikran dan Bu Della pulang ke Yogyakarta amiin Yarobalalamiin di kamar tidur di Wisma Hargo di Kaliurang. kemudian Opiq jalan pagi bersama Bu Dikran dan Pak Dikran dengan jalan kaki. setelah jalan pagi lalu Opiq melihat bis pariwisata besar yang membawa sopir di Kaliurang. Opiq pulang ke Wisma Hargo di Kaliurang lalu Opiq makan pagi nasi goreng memakai telur mata sapi berwarna putih dan kuning tua, ayam goreng dan kerupuk dan Opiq minumnya Aqua di dalam gelas kecil memakai sedotan. Opiq mandi pagi di kamar mandi di Wisma Hargo di Kaliurang lalu Opiq memakai sabun LUX. Opiq mandi lagi di dalam pancuran lalu Opiq memakai handuk besarbasah biar badan sehatk kering. Opiq menyikat gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi Pepsodent baru berwarna hijau dan putih. lalu Opiq habis mandi memakai celana dalam, celana panjang, baju kaos berwarna biru tua dan kuning emas. Opiq habis makan duduk di kursi di Wisma Hargo di Kaliurang.

Opiq senam pagi bersama Bu Dikran, Kak Miranda, Pak Dikran, Bu Dewi, Pak Somad, Bu Della, Pak Agung, Todi, Ivan, Mbak Tia dan Pak Catur. Opiq pulang ke Wisma Hargo di Kaliurang. Opiq istirahat tidur di kamar tidur di Wisma Hargo di Kaliurang. Opiq bangun tidur lalu Opiq makan kue cokelat dan Opiq minumnya Aqua di dalam gelas kecil. Opiq habis makan duduk di kayu besar berwarna coklat di Kaliurang. Opiq pergi ke lapangan bersama Pak Dikran, Kak Miranda dan Bu Dikran. Opiq bermain bola kasti kecil dan tongkat.Opiq pulang ke Wisma Hargo di Kaliurang lalu Opiq mengambil wudhu sholat Zuhur 4 rokaat bersama Pak Dikran di kamar tidur di Wisma Hargo di Kaliurang. Opiq makan siang nasi goreng memakai telur mata sapi berwarna putih dan kunig tua dan ayam goreng dan kerupuk dan Opiq minumnya Aqua di dalam gelas kecil memakai sedotan. Opiq habis makan duduk di kursi bersama Pak Dikran di Wisma Hargo di Kaliurang.

Opiq pulang ke Yogyakarta dengan mobil kijang yang membawa sopir Pak Dikran memegang setir mobil kijang ke Yogyakarta. Opiq duduk di depan bersama sopir Pak Dikran memakai sabuk pengaman sambil memegang setir mobil kijang ke Yogyakarta lalu Opiq melihat pesawat Lion Air besar yang membawa pilot siapa berangkat orang-orang naik pesawat Lion Air besar dekat sayap besar menyalakan lampu isyarat berwarna oranye. Opiq sampai di Yogyakarta jam 4 sore lalu Opiq dengan mobil kijang ke sekolah Fredofios baru siapa berangkat Bu Della turun dari mobil kijang ke sekolah Fredofios baru. Bu Della pulang sekolah dengan sepeda motor berwarna merah dan hitam keluar asap berwarna putih di dalam cerebong asap. Opiq pulang ke rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta dengan mobil kijang berwarna hijau. Opiq duduk di depan bersama sopir Pak Dikran memakai sabuk pengaman sambil memegang setir mobil kijang berwarna hijau. Opiq turun dari mobil kijang lalu Opiq membuka bagasi kemudian Opiq mengambil kopor berwarna hitam di bawa pulang ke rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta.


Opiq melepas sandal Rebbok berwarna biru tua lalu Opiq melepas topi berwarna hitam. Opiq mengambil wudhu sholat Ashar 4 rokaat bersama Pak Dikran kemudian Opiq pergi ke ladang Lempongsari bersama Pak Dikran memakai sabuk pengaman sambil memegang setir mobil kijang ke ladang Lempongsari dari rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta. Opiq turun dari mobil kijang ke ladang Lempongsari untuk memetik sayur. Opiq mandi sore lalu Opiq melepas baju, celana panjang dan melepas celana dalam lalu Opiq mandi sore di dalam pancuran di kamar mandi di Lempongsari. Opiq memakai sabun LUX lalu Opiq mandi lagi di dalam pancuran di kamar mandi di Lempongsari di Yogyakarta. Opiq memakai handuk besar basah biar badan kering. Opiq memakai celana dalam, memakai celana panjang, memakai baju. Opiq tidur di Lempongsari di Yogyakarta. Opiq makan roti cokelat spesial baru dan Opiq minum Aqua baru di dalam botol besar di Lempongsari di Yogyakarta. Opiq pulang ke rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta dengan mobil kijang berwarna hijau. Opiq duduk di depan bersama sopir Pak Dikran memakai sabuk pengaman sambil memegang setir mobil kijang berwarna hijau. Opiq turun dari mobil kijang bersama Pak Dikran lalu Opiq melepas sandal rebbok berwarna biru tua lalu Opiq melepas topi berwarna hitam. Opiq bermain puzzle burung besar sedang terbang di atas laut di Jepang ibukota Tokyo di Jepang. Opiq menyelesaikan puzzle burung besar sedang terbang di atas laut di Jepang ibukota Tokyo di Jepang. Opiq menyikat gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi Pepsodent besar berwarna hijau dan putih. Opiq tidur lagi di kamar tidur di rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta. Opiq bangun mengambil wudhu sholat Magrib 3 rokaat bersama Bu Dikran dan Pak Dikran. Opiq tidur malam bersama Bu Dikran dan Pak Dikran di kamar tidur di rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baro Yogyakarta. Opiq sholat Isya bersama Bu Dikran dan Pak Dikran di rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta. lalu Opiq makan malam coco pops dan corn flake memakai Milk Ultra susu full cream dingin baru di dalam mangkok besar dan Opiq minumya air putih didalam gelas besar lalu Opiq habis makan duduk di sofa di rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta. Opiq bermain PS pesawat tempur sedang terbang di atas gunung es di Amerika ibukota Wasintong dizzy di Amerika dari Heathrow dari Inggris ibukota London dari Inggris. lalu Opiq menyikat gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi Pepsodent besar berwarna putih dan hijau. Opiq tidur malam bersama Bu Dikran dan Pak Dikran di kamar tidur di rumah Perum APH Blok A nomor 35 Seturan Baru Yogyakarta. (Muhammad Harun arofiq Siregar/Opiq)

Keterangan : Opiq mengetik cerita tanpa bantuan dalam waktu 30 menit ditemani Bu Dewi.

Rabu, 22 Juli 2009

WAJAH-WAJAH SUKARELAWAN FAMILY GATHERING AND OUTBOUND

Ternyata nggak gampang mencari sukarelawan untuk membantu kami dalam tim Family Gathering and outbound. Pada awalnya kami ingin menggunakan EO untuk menghandle kegiatan outbound, tapi ternyata para orangtua memberi tantangan pada guru-guru fredofios untuk menjadi tim outbound sekaligus panitia kegiatan Family Gathering. Bukan guru-guru Fredofios kalau nggak berani menerima tantangan. Akhirnya saya dengan persetujuan Bapak kepala Sekolah, mencari orang-orang yang bersedia bekerjasama dalam tim outbound.

Kriterianya sebenarnya cukup sulit, kami membutuhkan orang-orang yang berpengalaman pada bidang outbound, mau bekerjasama, punya motivasi tinggi, siap dalam segala situasi, dan mau belajar mengenai diffable khususnya autism. Pilihan jatuh pada Samsul, teman saya yang sudah beberapa kali menjadi sukarelawan dalam kegiatan Fredofios. Samsul mempunyai banyak kawan dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa pecinta alam.

Sempat juga kami dikenalkan pada mapala d3 ekonomi UGM, kami satu kali ngobrol tentang rencana dan tujuan. Tapi ternyata Tuhan tidak merestui. Kemudian Samsul berusaha menghubungi teman-temannya. Pertama, saya dipertemukan dengan sosok tinggi, murah senyum dan ramah, yang datang ke rumah saya. Namanya Handoko, alumnus Fakultas Hukum UGM. Pada saat bertemu dengan dia, saya menjelaskan dengan panjang lebar dengan semangat berkobar-kobar. Capek menjelaskan, ternyata yang dijelaskan hanya manggut-manggut sambil tersenyum-senyum. Sementara si pengantarnya, Samsul, asyik bersmsan ria dengan wajah serius. Ketika saya ajak bicara, eh ternyata nggak nyambung. Samsul saat itu sedang sibuk dengan acara-acara yang ia selenggarakan di salah satu cafe di dekat UGM. Sehingga iapun menyempatkan diri untuk membantu saya sekaligus mengatur waktunya dengan pekerjaannya.

Lalu kamipun mengundang Handoko yang pernah tergabung di mapala Hukum UGM untuk membicarakan tentang rencana outbound. Beberapa hari sebelum hari H, kami bertemu dengan Puji, teman Handoko. Mbak Puji ini dulu juga kuliah di Fakultas Hukum UGM. Kemudian tiba-tiba muncul sosok Udin, dia juga teman Samsul. Udin saat ini kuliah di Sospol UGM dan tergabung di mapala juga.

Dan inilah wajah-wajah dan cerita saat kami mengenal mereka...



Samsu Pratolo nama lengkapnya. Tapi entah dari mana awalnya, semua orang memanggilnya Samsul. Semua orang di fredofios memanggilnya Pak Samsul. Dia punya hobby memetik gitar sambil nyanyi, atau nyanyi sambil memetik gitar. Selain itu dia juga senang banget nongkrong di cafe, karena memang itu pekerjaannya, menghibur orang-orang dengan musik bersama teman-temannya. Hari-hari tertentu, Samsul juga mengajar musik di salah satu SD di Jogja. Tanggal 15 Juli yang lalu Samsul berulangtahun, makanya saat api unggun di Kaliurang, kami membuat kejutan dengan membawakan kue ulangtahun. Saat Samsul sedang asyik bermain gitar mengiringi anak-anak bernyanyi, kami tiba-tiba muncul dari kegelapan membawakan kue lengkap dengan lilinnya. samsul terlihat kaget dan mukanya langsung berubah jadi Happy face... dengan senyum lebar ia menghampiri kami dan setelah bersama-sama bernyanyi iapun meniup lilin bersama dengan Pak Agung yang juga sedang berulangtahun tanggal 3 Juli.


Dwi Handaka Kadrilistanta, SH. Nama panggilannya Ndok, Handoko, Dwi, atau apa aja terserah, katanya. Cowok yang murah senyum ini tinggal di Wedomartani Sleman dan punya hobby membaca, bermain, adventure, berkebun dan dengerin musik. Pernah menjadi wakil ketua Majestic-55 Mapa Fakultas Hukum UGM tahun 2001-2002. Pembawaannya yang kalem, tenang dan tidak banyak bicara ini ternyata mampu membuat para peserta outbound serius mendengarkan penjelasannya ketika games kerjasama. Ternyata ia sempat mengalami grogi saat bertemu dengan siswa-siswi serta keluarga Fredofios, karena ia belum banyak berinteraksi dengan remaja autis. Ada yang menjadi ciri khas dari cowok yang kelahiran Desember 1981, yaitu sepatu boots berwarna hitam, topi hitam dan biasanya berpakaian senada. jadi ketika api unggun ada sosok hitam, besar dan cuma kelihatan giginya karena suka tersenyum sambil manggut-manggut.


Pujiwidayati, SH. Biasa dipanggil Mbak Puji, dan ternyata ada panggilan sayang juga dari Handoko sahabatnya, yaitu Jupi. Cewek hitam manis ini asalnya dari KulonProgo dan saat ini kost di Karanggayam Yogyakarta. Saat ini Mbak Puji bekerja sebagai pekerja sosial. Pernah tergabung di Majestic 55 Mapa Fakultas Hukum UGM, dan saat ini tergabung dalam kelompok Pecinta Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan bernama Klenthing. Mbak Puji senang banget dengan jalan-jalan, nonton film dan mendengarkan musik. Tapi saat kegiatan outbound kemarin, ternyata disela-sela waktunya ia menghabiskan waktu di dapur untuk cuci piring dan ternyata Mbak Puji juga punya bakat dalam mengipas-ngipas jagung bakar dan bakso bakar bareng Handoko, Titin dan Pak Agung.



Teman kami yang satu ini bernama lengkap Bakhrudin Affandi. Cowok petualang ini biasa dipanggil Udin. Udin saat ini berstatus sebagai mahasiswa Sospol UGM. Udin jauh-jauh datang dari Probolinggo tempat kelahirannya untuk menimba ilmu dan saat ini tinggal di Jalan Gejayan. Udin yang hobby jalan-jalan ini memilih Setrajana (kelompok pecinta alam) sebagai kegiatannya di kampus. Saat dikonfirmasi ternyata Udin lagi sibuk survey goa-goa di Gunung kidhul untuk susur gua setelah tanggal 19 Juli bersama Metro tv. Saat outbound, Udin yang kelahiran November 1987 ini, mengalami shock melihat guru yang transformasi. Ternyata guru-gurunya nggak jauh beda sama mereka ketika di luar gedung sekolah. Udinpun bilang, "Ternyata...." sambil tertawa.



Sukarelawan lainnya bernama M. Fauzi, dan biasa dipanggil Ozi. Ozi berasal dari Lombok Timur NTB dan tinggal di Asrama Lombok di dekat Fredofios. Makanya, dia tergerak untuk menjadi sukarelawan di Fredofios selama beberapa bulan. Ozi senang berorganisasi, beberapa organisasi ia ikuti, yaitu mengikuti LPMC (lembaga pers Mahasiswa) di STPMD APMD, mengikuti UKM koperasi, dan HMJ (himpunan Mahasiswa jurusan ilmu sosiatri). beberapa bulan di Fredofios, Ozi terlihat pendiam dan pemalu, alasannya karena harus jaga image, eh ternyata cowok yang hobby jalan-jalan ini seru dan ramai juga di luar gedung sekolah. Keusilannya terlihat saat Samsul diguyur air karena ultah, ozi sudah menyiapkan potongan-potongan kertas warna warni dari Fredofios. Selama kegiatan ia mengantongi seplastik kertas warna-warni itu dan pada hari minggu, ia guyurkan di kepala Samsul. Ozi yang lahir bulan Januari 1986 ini pintar juga bermain gitar. So, pada saat api unggun ia berkolaborasi bareng Samsul dan Pak Catur mengiringi ibu-ibu berjoged dangdut.






Henri Cahya Pramudya, cowok yang selalu dibalik handycame ini rajin banget bantu kami. Waktu sampai di lokasi, yang ia lakukan adalah bantu panitia menata tempat tidur, memasang sprei, dan sarung bantal serta guling. Teman-teman biasa memanggil dengan sebutan Gogon, alasannya belum sempat kami tanyakan. Malam itu Henri tidak ikutan menginap, ia pulang kira-kira jam 23.00, turun ke kota. Tapi paginya, jam 06.00 ia sudah nongol lagi di Wisma ikutan minum kopi bareng panitia lainnya.




Sukarelawan yang satu-satunya berjilbap adalah Titin, lengkapnya Titin Winardani. Titin juga berasal dari Lombok Timur, NTB. Dan saat ini tinggal di Jalan Kaliurang. Titin berstatus sebagai mahasiswa psikologi UGM dan mempunyai hobby membaca dan menulis. Saat ikut outbound Titin yang lahir bulan Februari 1989 ini, selalu bersama Mbak Puji dan mempunyai hobby baru, cuci piring juga. Tapi diluar hobby barunya itu Titin tergabung dalam keluarga muslim psikologi (KMP) di UGM, menjabat sebagai ketua kerohanian Islam keputrian saat SMU, pernah menajdi sekretaris OSI SLTP, dan ikut komunitas Perpustakaan di Lombok. saat ini juga tergabung dalam SP2MP di UGM.